Rabu, 27 Mei 2015
materi pembelajaran smakelas X
6. Tema
Menurut Scharbach dalam Aminuddin (1987:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjtu Brooks berpendapat seperti yang dikutip Aminudddin (1987:72), bahwa dalam mengapresiasi suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu humanitas, karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusian serta masalah lain yang bersifat universal.
Tema sebagaimana pendapat Sudjiman (1988:51) merupakan sebuah gagasan yang mendasari karya sastra. Tema kadang-kadang di dukung oleh pelukisan latar, dalam karya yang lain tersirat dalam lakukan tokoh, atau dalam penokohan. Tema bahkan menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa dalam satu alur.
Tema sebagaimana pendapat-pendapat di atas merupakan pemikiran pusat yang inklusif di dalam sebuah cerita (karya sastra). Kedudukannya menyebar pada keseluruhan unsur-unsur signifikan karya sastra. Tema tersebut ada yang dinyatakan dengan jelas, ada pula yang dinyatakan secara simbolik atau tersembunyi (Scharbach, 1963:273). Aminuddin (1987:92) merinci upaya pemahaman tema sebagai berikut:
1) Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca
2) Memahami penokohan atau perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.
3) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.
4) Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.
5) Menghubungkan pokok pikiran-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satu-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.
6) Menentukan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan.
7) Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan.
Selain upaya pemahaman tema seperti di atas, untuk memahami tema, seorang pembaca atau paresiator perlu juga memahami latar belakang kehidupan yang diungkapkan pengarang lewat prosa fiksi yang merupakan usaha pengarang dalam memahami keseluruhan masalah kehidupan yang berhubungan dengan keberadaan seorang individu maupun dalam hubungan antara individu dengan kelompok masyarakatnya.
8. Menulis Resensi Buku Kumpulan Cerpen
Resensi merupakan pertimbangan tentang sebuah buku yang biasanya baru terbit. Resensi sering dipublikasikan di kran, majalah, maupun internet. Pernahkah kamu membaca resensi? Apakah bedanya dengan karangan lainnya? Resensi berbeda dengan karangan biasa. Peresensi pun orang-orang yang ahli dan yang biasa membaca. Begitu juga dengan karya yang akan diresensi. Karya tersebut harus karya terpilih yang bernilai tinggi, bukan karya sembaorangan. Mengapa demikian? Karena, resensi adalah sebuah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan terhadap kelebihan dan kekurangan sebuah karya, baik fiksi maupun Nonfiksi.
Resensi ditulis secara singkat, padat, dan oobjektif. Beragam buku bisa dijadikan bahan resensi. Biasanya dikategrikan atas karya fiksi dan Nonfiksi. Karya-karya fiksi terdiri atas buku novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, roman, dan drama. Buku kumpulan cerpen dan puisi dapat ditulisoleh seorang pengarang namun dapat pula ditulisoleh beberapa pengarang. Untuk melatih kemampuan membuat resensi cerpen, ikutilah langkah-langkah berikut!
1. Bacalah halaman awal buku!
a. Apakah judulnya?
b. Pahami isi pengantarnya! (Kata pengantar biasanya memberikan informasi penting tentang tujuan pengarang menulis buku tersebut).
c. Baca daftar isi buku! (Daftar isi dapat memberitahu gambaran tentang rganisasi buku tersebut dan akan membantu dalam menentukan gagasan utama pengarang dan alur pengembangannya secara krnlogis berdasarkan topik yang disampaikannya).
2. Bacalah isinya!
a Pahamilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, buat catatan tentang temanya, plot dan konfliknya, penokohan, latar, dan keterkaitannya dengan judul cerpennya!
b Cari informasi tentang prestasi yang diraih cerpen tersebut!
9. Menulis Resensi Buku Pengetahuan
Resensi buku adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai-nilai sebuah buku. Di dalam resensi diperlukan kritik. Tujuannya untuk menyampaikan kepada para pembaca mengenai sebuah buku layak mendapat sambutan atau tidak. Buku-buku yang diresensi biasanya buku-buku terbitan baru. Namun demikian, buku lama juga dapat diresensi jika dianggap buku itu belum dikenal publik serta dianggap penting.
Apa saja yang perlu dilaporkan dalam meresensi sebuah buku? Berikut ini adalah unsur-unsur resensi buku.
1. Identitas buku.
2. Isi yang penting atau pokok-pokok isi buku.
3. Bahasa pengarang.
4. Keunggulan.
5. Kelemahan.
6. Kesimpulan dan saran.
10. Menulis Surat Dinas
Surat merupakan sarana bagi kita untuk menginformasikan hal-hal penting kepada orang lain. Surat merupakan sarana kmunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi dari seseorang kepada pihak lain. Apabila surat itu berisi informasi yang menyangkut kepentingan sekolah, tugas, dan kegiatan kedinasan, maka surat itu disebut surat dinas.
Surat dinas sering juga disebut surat resmi. Surat dinas isinya berkaitan dengan kegiatan dinas atau kepentingan tugas kedinasan. Format sebagai berikut.
1. Kepala surat berisi nama instansi atau badan, alamat lengkap.
2. Tanggal surat.
3. Nomor surat.
4. Lampiran.
5. Hal surat.
6. Alamat yang dituju.
7. Salam pembuka.
8. Isi surat berisi paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup.
9. Salam penutup.
10. Tanda tangan, nama jelas (kalau ada cantumkan jabatan).
Penulisan surat dinas harus memerhatikan pemakaian bahasa meliputi pemilihan kata, pemakaian ejaan, penyusunan kalimat, dan penyusunan paragraf (Arifin, 1996: 56). Pemilihan kata harus baku, lazim, dan cermat.
Menggunakan kata yang resmi, sudah dikenal masyarakat, dan tepat sesuai dengan pesan yang akan disampaikan. Penulis surat harus memerhatikan kaidah-kaidah ejaan (pemakaian huruf, penulisan huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan tanda baca).
Penyusunan kalimatnya harus efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, singkat, dan enak dibaca (sopan dan simpatik, tidak bernada meremehkan pembaca). Begitu pula penyusunan paragrafnya, gagasan penulis harus ditata dan diatur dengan baik sehingga pesan yang
disampaikan mudah dipahami penerima surat.
11. Menulis Surat Lamaran Pekerjaan
Pada pelajaran sebelumnya kamu telah berlatih menulis surat dinas. Sebentar lagi kamu akan tamat SMA. Setelah lulus, mungkin di antara kamu ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, ada pula yang langsung ingin bekerja. Apabila ingin bekerja, seseorang harus melamar pekerjaan dahulu ke perusahaan, instansi pemerintah, atau ke lembaga-lembaga pendidikan.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah membuat surat lamaran pekerjaan. Surat lamaran pekerjaan ialah permhnan untuk memperleh suatu pekerjaan atau jabatan. Banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan, bukan karena tidak memiliki kemampuan, tetapi karena tidak mampu menulis surat lamaran kerja dengan baik. Biasanya terdapat tiga hal yang diperhatikan dalam menulis surat lamaran pekerjaan yakni identitas pelamar, kualifikasi pelamar, dan data lengkap pelamar.
Unsur-unsur surat lamaran pekerjaan sebagai berikut.
1. Tanggal surat
2. Lampiran
3. Perihal surat, alamat surat
4. Salam pembuka
5. Isi surat
6. Salam penutup
Surat lamaran pekerjaan termasuk jenis surat dinas karena disampaikan seseorang ke pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan atau lembaga-lembaga pemerintahan. Untuk itu, kamu harus mampu membuat surat lamaran pekerjaan.
12. Menanggapi Pembacaan Puisi Lama
Pernahkah kamu membaca puisi lama Indonesia? Puisi lama Indonesia memiliki beberapa bentuk atau jenis, di antaranya: pantun, gurindam, syair, dan petatah-petitih. Semuanya memiliki ciri-ciri yang khas dan menarik untuk dipelajari.
Pantun adalah hasil sastra Melayu asli. Puisi ini terdiri atas empat baris, dua baris pertama berisi sampiran dan dua baris kedua berupa isi. Isi pantun bermacam-macam, ada pantun anak-anak, pantun orang dewasa, dan pantun orang tua.
Gurindam adalah perkataan yang bersajak pada akhir pasangannya. Gurindam terdiri atas dua baris, bersajak sama, kedua barisnya merupakan isi. Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat tetap sempurna perkataannya dengan satu pasangannya saja.
Syair merupakan karya sastra Melayu yang terdiri atas empat baris. Keempat barisnya merupakan isi. Petatah-petitih merupakan karya sastra Melayu yang berasal dari Minangkabau. Isinya banyak berisi nasihat, khususnya mengenai sopan santun dan adat istiadat. (Depdikbud, 1986: 9-10).
13. Mengmentari Pembacaan Puisi Baru
Setelah membacakan dan menanggapi puisi baru, kamu diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, danoperasaan penyair.
Sebuah puisi akan menjadi lebih menarik jika dibacakan. Pernahkah kamu melihat pembacaan puisioleh sastrawan seperti Rendra, Taufik Ismail maupun Sutardji? Masing-masing sastrawan memiliki ciri khas ketika membacakan karya-karyanya? Mereka menggunakan lafal, intonasi, ekspresi, serta penuh penghayatan ketika membacakan sajak-sajaknya. Kamu pun dapat membacakan puisi dengan baik jika banyak berlatih. Bacalah puisi dengan cermat dan berulang-ulang untuk memahami isinya. Setelah itu bacalah secara nyaring. Kamu dapat berlatih di depan cermin untuk melatih ekspresi dan mimik wajahmu supaya lebih percaya diri pada saat membaca puisi.
14. Membacakan Puisi Karya Sendiri
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah berlatih membacakan puisi lama Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang baik. Sekarang, kamu akan berlatih membacakan puisi karya sendiri.
Pernahkah kamu menulis puisi? Mengasyikkan bukan? Menulis puisi merupakan kegiatan yang menyenangkan. Seseorang dapat mencurahkan pikiran danoperasaannya dengan imajinasi dan penggunaan bahasa yang bebas. Penulis dapat dengan leluasa menggunakan pilihan kata dan gaya bahasa yang sesuai dengan pencurahan emsi dan jiwanya.oleh karena itu, bukalah kembali puisi yang pernah kamu buat!
Membacakan puisi hasil karya sendiri akan lebih mudah, baik lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresinya karena semua isi, nada, suasana, dan gaya yang terdapat dalam puisi yang dibacakan merupakan curahan emsi dan jiwa sendiri. Hal ini akan berbeda dengan membacakan puisi orang lain. Kita harus memahami, menghayati isi, nada, suasana, dan gaya orang lain.oleh karena itu, cba bacakan puisi yang kamu buat sendiri. Sebagai bahan latihan, mintalah teman-temanmu untuk membacakan puisi-puisi berikut! Perhatikanlah pembacaan puisi tersebut dari segi lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresinya!
15. Mengidentifikasi Tema dan Ciri-ciri Puisi Kontemporer
Buku kumpulan puisi siapakah yang pernah kamu baca? Banyak buku kumpulan puisi yang terbit baik puisi lama, puisi baru, maupun puisi Kontemporer. Perkembangan puisi di Indonesia didasarkan terbagi atas puisi lama, puisi baru, puisi angkatan 45, dan puisi Kontemporer. Sebagaimana telah dibahas pada semester 1, puisi lama Indonesia berbentuk pantun, syair, petatah petitih, dan gurindam. Puisi baru berbentuk distikon (2 baris), tersina (3 baris), kuatren (4 baris), kuin (5 baris), sektet (6 baris), septina (7baris), oktaf (8 baris), soneta (14 baris). Puisi Angkatan 45 merupakan puisi yang mementingkan makna atau bentuk batin puisi. Unsur fisiknya tidak diutamakan.
Puisi Kontemporer lebih mengutamakan unsur fisiknya karena lebih mementingkan tipografi dengan gambar atau bentuk grafisnya (Waluy, 1995: 5-22). Sutardji Calzum Bachri dianggap sebagai pembaharu dunia puisi Indonesia dan termasuk pelopor puisi Kontemporer. Sutardji mementingkan bentuk fisik (bunyi). Ulangan kata, frasa,dan bunyi menjadi kekuatan puisinya.
16. Menyampaikan Intisari Buku Nonfiksi
Dalam kehidupan kita sehari-hari membaca buku menjadi suatu kebutuhan. Buku yang dibaca dapat berbentuk prosa fiksi atau buku-buku Nonfiksi. Novel, cerpen, dan drama merupakan karya sastra yang berbentuk fiksi, sedangkan buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan tergolong karya Nonfiksi.
Buku-buku pelajaran adalah karya Nonfiksi karena isinya bukan hasil imajinasi, melainkan berdasarkan fakta dan kenyataan. Begitu pula buku-buku tentang ilmu pengetahuan, teknlgi, eknmi, hukum, kesehatan, plitik, psiklgi, agama, matematika, sejarah, prpaganda, bigrafi, dan autbigrafi adalah buku-buku Nonfiksi.
Untuk memenuhi kewajiban sebagai pelajar, tentu kamu banyak dihadapkan pada buku yang harus dibaca. Apakah setiap kali membaca buku pelajaran, kamu selalu membuat intisari, rangkuman, atau catatan-catatan penting tentang buku yang kamu baca? Biasakanlah setiap kali sehabis membaca, menuliskan hal-hal penting wacana yang kita baca.
Pada umumnya, buku terdiri atas beberapa bagian, yaitu bagian permulaan, bagian pokok atau isi buku, dan bagian penutup atau pelengkap. Untuk itu, langkah membuat intisari dapat dimulai dari melihat struktur buku. Selanjutnya perhatikan langkah-langkah berikut!
1. Perhatikan bagian permulaan buku! Lihat dan baca dengan cepat kulit luar, halaman judul, tahun penerbitan, halaman pengantar, dan daftar isi! Melalui daftar isi, kamu dapat memperleh gambaran topik-topik penting yang diuraikan dalam buku tersebut.
2. Temukan informasi umum buku, isi bab atau seksi, dan penjelasan tertentu tentang suatu istilah!
3. Catat informasi-informasi penting yang ada pada setiap bagian, bab, dan subbab!
Perhatikan informasi penting (informasi fokus) yang telah kamu catat, susun dan tuliskan dengan menggunakan kata-kata sendiri! Catatan yang telah kamu susun, itulah yang disebut intisari buku Nonfiksi yang telah kamu baca.
17. Menjelaskan Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk sastra yang disajikan secara singkat dan memuat sekelumit kehidupan seseorang yang dituangkan dalam sebuah cerita. Cerpen mempunyai tema, alur, penokohan, latar, dan pesan. Unsur-unsur ini termasuk unsur intrinsik cerita pendek.
Tema adalah ide suatu pikiran pencipta dalam mengungkapkan persoalan hidup dan kehidupan. Alur adalah urutan atau jalan cerita yang menciptakan konflik-konflik cerita. Penokohan adalah orang yang bertindak dan tampil dalam cerita. Latar adalah letak atau keadaan yang melatar belakangi peristiwa dalam suatu cerita. Pesan adalah amanat yang ingin disampaikan dalam cerita yang disusunoleh pengarang atau penulisnya.
18. Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Kehidupan orang Lain
Pernahkah kamu menulis sebuah cerita pendek? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997:186-187), cerita pendek adalah karya sastra yang berupa kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dminan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek mengisahkan kehidupan sang tokoh yang berada dalam satu peristiwa atau satu kejadian. Tokoh yang dikisahkan dapat berupa tokoh imajinatif atau tokoh nyata yang dekat dengan kehidupan pengarangnya.
Perhatikan langkah-langkah menulis cerita pendek berikut ini!
1. Tentukanlah tokoh cerita yang akan dikisahkan!
Penentuan tokoh yang akan dipilih tentu tidak sulit karena selama hidupmu biasanya ada teman-teman teordekat yang biasa menjadi tempat mengadu, berdialog, tukar pikiran, minta saran, atau mendengarkan keluh kesah hidup dan cintanya.
Untuk itu, sebagai bahan penulisan cerita pendek ini, kamu tinggal pilih kisah siapakah yang akan diceritakan. Atau, mungkin kamu pernah mendengar kisah tragis kehidupan seorang tokoh terkenal. Atau mungkin pula tokohoperaih prestasi lah raga dunia. Yang terpenting, tokoh yang akan kamu ceritakan, peristiwa yang terjadi, tempat dan waktu kejadian, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya betul-betul kamu ketahui.
Berdasarkan fungsinya, tokoh cerita dapat dibedakan atas tokoh sentral dan tokoh bawahan (Sudjiman, 1992: 17). Tokoh yang memegangoperan pimpinan disebut tokoh utama atau prtagnis. Tokoh ini menjadi tokoh sentral dalam cerita. Kriteria tokoh utama bukan frekuensi kemunculannya, melainkan berdasarkan intensitas keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita.
Selain tokoh prtagnis, ada tokoh sentral yang termasuk tokoh utama yang disebut tokoh antagnis yaitu tokoh yang merupakan penentang atau lawan. Tokoh prtagnis mempunyai karakter baik dan terpuji, sedangkan tokoh antagnis mempunyai karakter yang jahat atau salah.
Yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral karena kehadirannya hanya untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Untuk kepentingan penulisan cerita pendek yang kamu susun, tentukanlah tokoh-tokoh cerita tersebut termasuk karakter penokohannya.
2. Urutkan alur cerita berdasarkan urutan peristiwa sesuai dengan waktu dan tempat kejadian!
Tuliskan peristiwa yang akan dikisahkan. Urutkan peristiwa yang akan dikisahkan berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Setelah tergambar peristiwa yang akan dikisahkan, kamu dapat mengembangkan alur ceritanya dari awal hingga akhir kejadian (alur maju). Atau sebaliknya, kamu dapat mengawali cerita dari kejadian terakhir baru kamu uraikan kejadian-kejaian sebelumnya (alur mundur/flashback). Atau, kamu dapat menguraikan kejadiannya dengan cara gabungan dari setiap peristiwa karena peristiwa yang satu berkaitan erat dengan kejadian yang lainnya (alur gabung).
Setelah itu kamu tinggal menentukan, alur cerita mana yang akan kamu tentukan agar cerita ini lebih menarik. Faktor latar cerita memegangoperanan penting, tentu peristiwa yang dikisahkan sangat berkaitan dengan waktu dan tempat. Untuk itu, identifikasi setiap peristiwa yang dikisahkan dengan waktu dan tempat kejadiannya.
3. Kembangkanlah ide-ide cerita yang sudah kamu identifikasi tadi ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan teknik penceritaan yang menarik!
Menurut Sudjiman (1992: 91-101), terdapat beberapa teknik penceritaan yaitu teknik pemandangan (panoramic/pictrial technique), teknik adegan (scenic technique), teknik montase, teknik kolase, dan teknik asosiasi.
Teknik pemandangan umumnya lebih jelas dan terinci memberitahukan waktu dan tempat cerita, serta membangun konteks tindakan dan kejadian yang dikisahkan.
contoh teknik pemandangan
Mereka berhenti di depan meja-meja penuh makanan. Ekspresi Chelsea berubah serius. Tatapannya melembut, srt matanya hangat dan penuh simpati. Itulah yang disukai Jake pada diri Chelsea. Cewek itu baik hati. Ia bukannya cuma ingin menunjukkan padamu seberapa hebatnya dia dibandingkan dirimu.
Teknik adegan umumnya menyajikan cerita dengan menyajikan adegan atau peristiwa dengan latar fisik yang jelas. Pembaca akan merasakan bahwa dia terlibat dalam cerita dan peristiwa yang dikisahkan.
contoh teknik adegan
Aku tahu_ Rita balas berbisik. tapi kita kan sudah di sini, jadi sekalian saja kita Lihat-lihat. Diguncangkannya senternya, berharap sinarnya bisa lebih teorang. Rambut Rita yang hitam jatuh di matanya. Ia menyibakkannya dan bergerak lebih dekat kepada Rn.
Teknik montase yakni teknik penceritaan dengan cara memtng-mtng cerita sehingga akan menghasilkan cerita yang terputus-putus. Pembaca, kadang-kadang merasa pusing atas kekacauan cerita yang tidak logis dan sistematis yang memang disengajaoleh penceritanya.
Contoh Teknik Montase
Emry tak pemah bicara dengan suara pelan ia cuma bisa bicara dengan suara keras, selah-lah berada di panggung opera. Dengan rambut hitam berantakannya yang tak pernah tersentuholeh sisir, dan suaranya yang dalam dan menggelegar, ke mana pun emry pergi, ia selalu menarik perhatian. Berpikirnya cepat. Bicaranya cepat. Ia tak pemah berjalan, ia selalu berlari. Ia selalu tampak terburu-buru, ia selalu melakukan enam hal sekaligus, memberi instruksi pada selusin orang, bicara cepat dan pada saat yang sama membuat catatan kecil_ kayaknya sih nggak ada,_ eorang jake. Diangkatnya setengah potong sandwich ayam dan dijatuhkannya ke piring kertasnya. Ia berpikir keras. _ Yah...Aku bisa nntn gratis. Itu lumayan asyik,_ ia mengakui._ Tapi hampir semua anak di sekolah kita juga, bisa nntn gratis,”
jake menambahkan. 笛adi kurasa itu nggak ada artinya.”
Teknik kolase adalah teknik penyajian cerita yang sarat dengan kutipan dari karya sastra yang lain. Kadang-kadang cerita terpotong-potong dan tidak berhubungan karena adanya penempelan kutipan karya lain. Teknik asosiasi adalah teknik penceritaan dengan cara mengasosiasikan dengan hal lain yang bertautan atau berhubungan. Asosiasi dapat terbentuk dalam diri tokoh, pembaca, atau pencerita.
contoh teknik kolase
Jake tahu ada yang tidak beres begitu ia dan ayahnya memasuki kelas. Tubuh emry langsung kaku. Ia menurunkan dipbardnya. Matanya menyapu ruangan yang teorang bendeorang itu. Suara desisan yang mendirikan bulu kuduk muncul dari bagian depan kelas. Sheila?_ Seru Emry seraya menghentikan langkah di depan pintu. di mana para kru?_ Jake berjalan pelan ke sisi Emry dan memandang isi ruangan. Ia tidak melihat Sheila. Ia tidak melihat satu pun kru di sana.
Teknik asosiasi adalah teknik penceritaan dengan cara mengasosiasikan dengan hal lain yang bertautan/berhubungan. Asosiasi dapat terbentuk dalam diri tokoh, pembaca, atau pencerita.
contoh teknik asosiasi
Apa tidak mungkin ia berubah menjadi ular besar pada suatu waktu? Dan jika terjadi demikian, pastilah pahlawan itu menggantung diri. Sebab ia malu. Apa tidak mungkinoperawan itu telah menggantung diri? Telah habis plisi mencari keteorangan. Tapi jawab tetangga selalu tidak tahu.
Berdasarakan teknik penceritaan yang telah diuraikan di atas, kamu dapat memilih teknik mana yang akan dipilih untuk mengembangkan ide cerita pendek yang akan ditulis. Kamu dapat menggunakan ragam bahasa yang menarik sesuai dengan tema cerita yang disampaikan.
19. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama
Apakah kamu menyukai sinetron? Sinetron merupakan pertunjukan sandiwara (drama) yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektrnik, seperti televisi. Jadi sinetron yang kamu tntn di televisi drama. Drama merupakan karya sastra prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.
Unsur-unsur penting yang membangun struktur sebuah drama, antara lain:
1. Tema dan amanat.
2. Penokohan (karakteristik, perwatakan)
3. Alur (plot).
4. Setting (latar) meliputi aspek ruang dan aspek waktu.
5. Tikaian atau konflik.
Cakapan (dialog, monolog).
20. Membaca Teks Pidato
Banyak orang berpendapat bahwa berpidato dengan baik hanya dapat dilakukanoleh orang yang mempunyai bakat berpidato. Pendapat itu tidak benar karena berpidato termasuk jenis keterampilan yang dapat dilakukanoleh setiap orang yang mempunyai minat ditambah dengan keinginan untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, belajar dan berlatih itulah yang menentukan, bukan bakat. Sebab, bakat itu pengaruhnya kecil sekali.
Ada pakar yang mengatakan bahwa pengaruh bakat itu hanya 10%, sedangkan sisanya 90% murni hasil belajar dan berlatih. Berpidato dapat dilakukan dengan empat macam cara, yaitu membaca teks atau naskah, menghafal, spontanitas, dan menjabarkan kerangka topik.
Naskah pidato merupakan sebuah informasi yang telah disusun dengan sistematik untuk disampaikan kepada khalayak. Pembacaannya harus memerhatikan hal-hal berikut.
1. Volume suara harus keras dan jelas. Volume suara harus dapat didengaroleh seluruh khalayak sehingga pendengar dapat menangkap dan memahami informasi yang disampaikan. Apalagi jika tidak menggunakan sarana pendukung seperti pengeras suara.
2. Gunakan intonasi dengan baik dan benar. Membaca naskah pidato harus memerhatikan intonasi dengan baik dan benar (tidak mntn). Berilah tekanan pada kalimat-kalimat yang penting, misalnya kapan harus memberikan nada tinggi dan nada melemah. Semuanya harus diatur agar pendengar tidak ikut terbawa suasana acara pada saat itu.
Jaga kmunikasi dengan pendengar. Jaga pandangan antara penglihatan Kamu pada teks pidato dengan penglihatanmu kepada khalayak.
21. Berpidato Tanpa Teks
Penampilan seorang pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara semuanya diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caranya berjalan menuju pdium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput dari pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara merata menjangkau semua pendengar baik yang di depan maupun yang di belakang, baik yang di sebelah kiri maupun yang di sebelah kanan, pandangan yang merata itu sebaiknya harus disertai dengan senyum ceria yang ikhlas. Gunanya adalah agar semua pendengar merasa diajak bicara.
Agar kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian pendengar, seorang pembicara harus mampu memilih metode pidato yang baik. Pada pelajaran semester 1, kamu telah berlatih berpidato dengan menggunakan naskah.
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan menghafal naskah pidato (memriter) terlebih dahulu atau hanya menuliskan topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan kalau naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia untuk menghafalkan naskah sangat terbatas.
Berpidato dengan menghafalkan naskah sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan sehari-hari.oleh karena itu, bila sudah sangat terpaksa, berpidato dengan cara menghafalkan naskah harus kita hindari. Lebih baik naskah pidato kita baca berulang-ulang saja (tidak perlu dihafalkan). Artinya, kalimat-kalimatnya tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya sama. Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan pidato kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memriter memungkinkan ungkapan yang tepat, rganisasi berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat.
Bahaya besar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.Teknik menghafal (memriter) mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulannya antara lain:
1. lancar kalau benar-benar hafal;
2. tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
3. mata pembicara dapat memandang pendengar.
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1. pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
2. tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar; dan
3. kalau lupa, pidatonya gagal total.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat catatan garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya sangat fleksibel. Pembicara dituntunoleh kerangka yang dibuatnya. Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat saat diperlukan saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan situasi pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih baik lagi, karena pembicara lebih knsentrasi meningkatkan kualitas pidatonya agar lebih menarik.
Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan
kelemahan.
Keunggulannya antara lain:
1. pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
2. penyampaian isi pidato runtut;
3. kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4. interaksi dengan pendengar sangat komunikaif.
Kelemahannya antara lain:
1. tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang kertas jika tidak hafal;
2. terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika tidak hafal;
3. pemakaian bahasa kurang baik.
Setiap teknik berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, setiap orang mungkin berbeda pilihannya dengan yang lain karena sangat bergantung pada kesiapan dan kemahiran dalam mempraktikkannya. Untuk meningkatkan keterampilan berpidato tanpa teks, pada pelajaran ini kamu akan berlatih dengan menggunakan teknik ekstemporan yakni hanya menuliskan garis besar pembicaraan. Perhatikan langkah-langkah berikut.
1. Menentukan Tema
Tentukanlah tema pembicaraan yang akan kamu sampaikan dalam pidato. Tema yang dipilih merupakan masalah yang aktual dan faktual serta mampu menarik perhatian peserta pidato.
2. Mencatat Pokok-pokok Pidato
Catatlah pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato secara runtut, utuh, dan jelas.
3. Menyampaikan Pidato
Sekarang pikirkanlah bagaimana kamu akan menyampaikan pidato! Pikirkan bagaimana kamu akan membuka pembicaraan saat pidato, menyampaikan pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato! Penyampaian pidato hendaknya sistematis serta menggunakan bahasa yang baik dan komunikaif.
Ada beberapa cara yang dapat dipilih untuk membuka pidato, menyampaikan isi pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato. Perhatikan uraian berikut ini!
a. Cara membuka pidato
Pembukaan pidato diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan sapaan kepada pendengar. Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan salam dan menyapa pendengar dengan sapaan yang tulus, ramah, dan bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara lain: Bapak dan Ibu yang saya hrmati, Saudara-saudara yang saya banggakan atau sapaan-sapaan lainnya. Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak. Satu,dua, atau tiga sudah cukup. Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan kebsanan. Apalagi kalau pembicara tampil berpidato pada giliran terakhir, sedangkan pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan sapaan-sapaan yang sama.
Dalam setiap kmunikasioperanan pembuka sangat penting. Lancar tidaknya kmunikasi banyak ditentukanoleh pembuka. Demikian pula dalam berpidato. Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan permusuhan yang menghambat kelancaran kmunikasi. Sebaliknya, pembuka yang menyenangkan inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan pidato mudah dicapai.
Terdapat beberapa kiat membuka pidato, diantaranya dengan menyampaikan hal-hal berikut.
1) Mengucapkan rasa syukur
2) Menceritakan pengalaman
3) Menebar humr
4) Memperkenalkan diri
5) Menyampaikan gambaran umum
6) Menyebutkan fakta pendengar
7) Menyebutkan contoh nyata
8) Menyampaikan kutipan
9) Melibatkan peserta
10) Menunjukan benda peraga
b. Cara menguraikan isi pidato
Pembicara dapat menyampaikan isi pidatonya dengan memerhatikan hal-hal berikut.
1) Tujuan pidato, apakah tujuannya untuk memberitahukan, menghibur, atau mengajak.
2) Suasana dan situasi pidato, resmi atau tidak resmi.
3) Pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan intelektual, mral, atau emsinal. Jika menggunakan pendekatan intelektual, pembicara harus mengutamakan penalaran.
Berbagai alasan, bukti, dan contoh sangat diperlukan dalam menguraikan isi pidato. Jika menggunakan pendekatan mral, pembicara lebih mengutamakan masalah mral dan keagamaan. Jika menggunakan pendekatan emsinal, pembicara harus lebih mengutamakan emsi dapat menyentuh masalah semangatnya, kebutuhannya, lingkungannya, keramahannya, atau yang lainya, mereka mudah terhanyut dan mudah meNoerima isi pidato.
Berdasarkan uraian di atas, pembicara sangat bijaksana kalau melihat, mengamati, dan menganalisis tujuan, situasi, dan pendekatan yang akan digunakan sebelum berpidato.
C. Cara menutup pidato
Ada tiga kesalahan besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup pidato. Pertama, pembicara tidak tahu persis di mana harus berhenti. Kedua, ada pembicara yang sebenarnya ingin mengakhiri pidatonya, tetapi sulit berhenti deperti kendaraan tanpa rem. Ia berbicara apa saja, berputar-putar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang paling besar seakan tak beromanfaat, pembicara menutup pidato dengan mengucapkan kalimat seperti berikut:
”Demikianlah yang bisa saya katakan pada kesempatan ini. Karena apa yang akan saya katakan sudah saya katakan semuanya, maka saya tidak akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena itu saya akhiri sekian”.Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna apa-apa. Cara-cara menutup pidato berikut ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan atau situai dan kondisi.
1) Menyingkat atau menyimpulkan.
2) Memuji pendengar.
3) Menyampaikan kalimat-kalimat lucu.
4) Meminta pendengar untuk bertindak.
5) Menyampaikan ungkapan terkenal.
6) Melantunkan pantun.
Pilihlah cara manakah yang akan kamu gunakan untuk membuka, menyampaikan, dan menutup pidato.
22. Mempresentasikan Program Kegiatan (Proposal)
Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak kegiatan yang dilakukan, baik secara individu maupun secara kelompok. Setiap kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan harapan yang ingin diraih. Penetapan tujuan kegiatan itu penting sebagai arah kegiatan yang akan dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebaiknya dibuat rencana kegiatannya terlebih dahulu agar semua kegiatan terencana dan terarah dengan baik. Rencana kegiatan tersebut dikenal dengan nama proposal yang di dalamnya memuat program-program kegiatan
23. Menulis Karangan Menggunakan Pola Pengembangan Deduktif dan Induktif
Kamu tentu banyak mengidlakan penulis-penulis terkenal. Melalui kegiatan mengaorang, prestasi dan prestise seseorang akan naik. Mengaorang adalah kegiatan menyusun atau mengrganisasikan buah pikiran, ide, atau gagasan dengan menggunakan orangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis. Karangan sering diartikan sebagai orangkaian kalimat yang logis, pemikiran atau pelukisan tentang suatu objek, suatu peristiwa, atau suatu masalah. Karangan yang disusun dapat berupa fiksi maupun Nonfiksi.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih menulis karangan Nonfiksi (karangan ilmiah). Menulis karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan menulis karangan lainnya. Yang membedakan karangan ilmiah dengan karangan lain adalah dari metode/kajian yang digunakannya. Karangan ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri seperti karangan fiksi hasil imajinasi, tetapi penulis harus menyampaikan data oobjektif yang diperleh melalui metode/kajian ilmiah.
Data yang diperleh melalui kajian ilmiah di antaranya diperleh melalui hasil pengamatan, tes, wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka, dan uji cba di labratrium. Karangan fiksi merupakan karya yang sepenuhnya merupakan hasil ekspresi diri, data yang disampaikan merupakan hasil imajinasi atau hasil rekaan sendiri walaupun mungkin berdasarkan realitas di sekelilingnya. Menurut Arifin (1998:2), karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metdlgi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah ditulis berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta atau data yang sahih dengan menggunakan bahasa ragam baku. Karangan ilmiah mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Fakta yang disajikan bersifat oobjektif;
2. Penyajiannya disusun secara logis dan sistematis; dan
3. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.
Untuk lebih memahami dan meningkatkan kemampuanmu mengaorang, ikutilah langkah-langkah berikut!
1. Tentukanlah topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Dalam pemilihan topik, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Topik harus betul-betul dikuasai dan dekat dengan kehidupan.
b. Topik harus menarik perhatian.
c. Topik harus spesifik atau terpusat pada satu permasalahan yang sempit dan terbatas.
d. Topik harus memiliki data atau fakta yang oobjektif.
e. Topik harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik harus memiliki sumber acuan atau kepustakaan.
2. Rumuskan judul karangan
Berdasarkan topik yang ditetapkan, dapat dirumuskan judulkarangan. Judul adalah kepala karangan. Syarat judul yang baik sebagai berikut.
a. Judul relevan dengan isi karangan.
b. Judul dirumuskan secara singkat dan jelas.
c. Judul dapat menarik perhatian.
3. Buatlah kerangka karangan
Berdasarkan topik tersebut, catatlah hal-hal yang akan ditulis berdasarkan topik yang kamu pilih! Setelah mencatat hal-hal penting yang akan kamu tulis, buatlah kerangka karangannya. Urutkan dari hal-hal yang umum ke hal yang khusus. Hal ini disebut pola pengembangan deduksi. Kamu dapat juga mengurutkan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Hal ini disebut pengembangan induksi. Selanjutnya buat kerangka karangan dengan mengikuti langkah berikut.
a. Tuliskanlah topik-topik umum dan topik-topik bawahan (rincian) secara rinci.
b. Evaluasilah topik-topik yang dituliskan berdasarkan relevansi dan kedudukannya. Yang tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan topik dibuang, kemudian dari judul dan anak judul terpilih urutkan berdasarkan pola pengembangan serta kedudukannya, mana yang harus disajikan lebih dulu dan mana yang berikutnya.
c. Susunlah kerangka karangan dengan pola deduksi atau induksi. Jika pola pengembangan karangan yang dipilih pola deduksi, maka topik-topik yang dipilih harus diurutkan dari hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Sebaliknya, jika pola pengembangan yang dipilih pola induksi, maka topik-topik dipilih diurutkan dari yang khusus ke yang umum.
4. Kumpulkan data karangan
Setelah kerangka karangan disusun, kumpulkan data dengan cara sebagai berikut.
a. Mencari keteorangan dari bahan kepustakaan.
b. Mencari keteorangan dari pihak-pihak yang mengetahui permasalahan.
c. Mengamati langsung objek yang ditulis.
d. Mengadakan percbaan atau pengujian di lapangan atau labratrium.
Informasi yang dicari harus relevan dengan topik yang ditulis. Catat isi yang dikutip dan sumber yang dirujuknya. Yang perlu dicatat yakni nama pengarang, judul buku, tahun terbit, kta terbit, penerbit, dan halaman letak informasi tersebut diambil. Selain itu data atau fakta yang ditemukan di lapangan juga dicatat. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, penyebaran angket, atau eksperimen.
5. Membuat karangan utuh
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah lengkap, kembangkanlah kerangka karangan yang sudah disusun dengan pola yang dipilih, deduksi atau induksi! Pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan perlu memerhatikan penyajian karangan; pengembangan paragraf; dan pemakaian bahasa.
Pengembangan setiap judul dan sub-subjudul harus uraian yang sesuai dengan judul atau subjudul yang dikembangkan. Jika ada gambar, bagan, tabel atau grafik, maka sebelum dan sesudah bagan/grafik/tabel/ gambar hendaknya ada uraian yang mengantarkan atau menjelaskan.
Pemaparan tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tahap pengembangan karangan secara umum sebagai berikut.
a. Pengelmpkan bahan, yakni bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang mengikutinya.
b. Pengonsepan, yakni tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan.
c. Pengecekan kembali naskah, yakni lengkapi kekurangan dan buang yang tidak relevan. Atau buang pembahasan yang tumpang tindih atau berulang-ulang.
Penyuntingan berdasarkan pemakaian bahasa, yakni perbaiki ejaan yang salah, perbaiki kalimat yang tidak efektif, perbaiki pemakaian kata yang tidak baku, dan perbaiki paragraf yang pengembangannya kurang baik.
24. Menulis Kritik dan Esai
Pernahkah kamu membaca kritik dan esai yang disampaikan seseorang melalui media cetak? Apakah bedanya dengan resensi? Diskusikanlah dengan temanmu untuk memahami tiga istilah, yakni resensi, kritik, dan esai! Pada semester 1, kamu telah membaca beberapa resensi buku Nonfiksi dan resensi kumpulan cerpen. Bahkan, kamu pun telah berlatih membuat resensi. Sekarang kamu akan mempelajari kritik dan esai.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ), disebutkan kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Sedangkan esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya (Depdikbud, 1997: 270 ). Berdasarkan pengertian di atas, kritik dan esai merupakan sebuah karangan yang berisi ulasan dan pembahasan tentang suatu masalah dari sudut pandang seseorang.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun kritik dan esai, di antaranya sebagai berikut.
1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas dan hasil ulasannya harus memberikan keteorangan atau memperlihatkan sebab musabab yang berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi yang terpenting bukan apa yang diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.
2. Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah persoalan didekati dengan pendekatan faktual atau imajinatif? Pendekatan faktual maksudnya mendekati pokok persoalan berdasarkan fakta dan datanya sebagaimana diserap pancaindra. Pendekatan imajinatif maksudnya mendekati pokok persoalan berdasarkan apa yang dibayangkan atau diangankan.
sumber : http://bahasaindosugik.blogspot.com/2010/10/materi-bahasa-indonesia-kelas-xii-smama.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar